
Apa yang terlintas di benak ketika mendengar kata “pulau”? Pasir putih yang halus, laut jernih berwarna biru, atau suasana damai yang menenangkan? Semua itu bisa ditemukan di Pulau Nasi, sebuah permata tersembunyi di Kabupaten Aceh Besar. Meski namanya unik, banyak masyarakat Aceh sendiri yang belum mengenalnya. Tak jarang muncul pertanyaan, “Emang ada yang tinggal di sana?” Padahal Pulau Nasi dihuni oleh masyarakat yang menetap di lima gampong dan beraktivitas setiap harinya.
Nama “Pulau Nasi” sendiri memiliki kisah menarik. Dahulu, orang-orang yang berlayar menuju pulau ini selalu membawa bekal nasi bungkus. Jarak tempuh ke Pulau Nasi masih memungkinkan nasi tersebut dimakan dalam keadaan baik. Sebaliknya, perjalanan lebih jauh ke Pulau Breueh membuat nasi cepat basi, sehingga mereka memilih membawa beras untuk dimasak setelah tiba. Dari kebiasaan ini, dua pulau tersebut diberi nama Nasi dan Breueh, meski dalam bahasa Aceh “breueh” juga berarti nasi.
Pulau Nasi berada di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, di Laut Banda. Untuk mencapainya, pengunjung bisa menyeberang dengan kapal feri KMP Papuyu atau boat lokal. Feri biasanya berlabuh di Pelabuhan Lamteng dengan jadwal tertentu, sedangkan boat lokal beroperasi setiap hari dengan tujuan bergantian ke Pelabuhan Lamteng atau Deudap. Perjalanan laut memakan waktu sekitar 1 hingga 1,5 jam. Meski sedikit melelahkan, semua akan terbayar saat menjejak dermaga: pasir putih lembut, laut bergradasi biru toska, dan hembusan angin segar yang menyambut.
Ada banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi di Pulau Nasi. Pantai Alue Leumah menjadi spot terbaik menikmati matahari terbit, sementara Pantai Mata’i di Gampong Pasi Janeng terkenal indah saat senja, meski kurang aman untuk berenang. Pantai Nipah di Lamteng dan Rabo justru ideal untuk berenang dan bersantai karena rindang dan nyaman. Bagi yang ingin menikmati suasana lokal, Demit adalah satu-satunya tempat makan yang bisa diandalkan wisatawan. Selain itu, Gampong Deudap menyuguhkan panorama Lhok Kacha Kachu dan Ujung Eumpee, dengan pemandangan ombak menghantam bebatuan yang menawan sekaligus spot foto alami.
Pulau Nasi benar-benar surga tersembunyi di ujung barat Indonesia. Alamnya masih murni, pantainya memukau, dan kehidupan berjalan tanpa tergesa. Namun, karena destinasi ini belum ramai wisatawan, sangat disarankan bagi pengunjung untuk selalu beraktivitas bersama masyarakat lokal demi keamanan sekaligus agar lebih dekat dengan budaya mereka. Pulang dari Pulau Nasi bukan hanya membawa foto indah, tetapi juga senyum, cerita, dan kenangan yang membuat hati ingin kembali.

Hi, this is a comment.
To get started with moderating, editing, and deleting comments, please visit the Comments screen in the dashboard.
Commenter avatars come from Gravatar.