
Pulau Nasi adalah salah satu pulau indah di gugusan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Namanya yang unik menyerupai makanan pokok orang Indonesia seringkali membuat banyak orang penasaran. Dibandingkan dengan Sabang, Pulau Nasi memang belum begitu populer, tetapi keindahan alamnya yang masih alami justru menjadikannya surga tersembunyi yang patut dikunjungi.
Asal-usul nama Pulau Nasi berasal dari kebiasaan masyarakat di masa lalu. Dahulu, setiap pendatang yang menempuh perjalanan laut setengah hari menuju pulau ini selalu membawa bekal nasi bungkus. Bekal itu dimakan saat perjalanan atau ketika tiba di pulau, dan kebiasaan tersebut akhirnya melekat hingga memberi nama “Pulau Nasi”. Lebih unik lagi, ketika beberapa orang melanjutkan perjalanan ke pulau yang lebih jauh di bagian utara, nasi bungkus yang dibawa sering basi. Untuk mengatasinya, mereka memilih membawa beras mentah yang bisa dimasak di tempat tujuan. Sejak saat itu, pulau di utara diberi nama Pulau Breueh, yang berarti “Pulau Beras”.
Pulau Nasi memiliki luas sekitar 2.731 hektare dan dihuni oleh lebih dari seribu penduduk yang terbagi dalam lima desa, yaitu Deudap, Lamteng, Alue Reuyeung, Janeng, dan Rabo. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dan petani kelapa, dengan kehidupan sederhana yang erat dengan laut dan tradisi lokal.
Keindahan Pulau Nasi tampak jelas dari garis pantainya yang panjang, pasir putih yang halus, serta lautnya yang jernih. Pohon kelapa yang berjejer di tepi pantai bergoyang ditiup angin, menghadirkan suasana tropis yang menenangkan. Dari tepi pantai, pengunjung dapat menikmati pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan, menjadikan Pulau Nasi destinasi wisata yang menyuguhkan ketenangan sekaligus pesona alam yang memikat.